AS Minta Malaysia Tidak Ekstradisi 11 Muslim Uighur ke Cina
WASHINGTON (SILAH AL BATTAR) - Amerika Serikat pada hari Jum'at (16/2/2018) mendesak Malaysia untuk menawarkan perlindungan sementara kepada 11 orang Muslim Uighur yang ekstradisinya sedang diusahakan oleh China. Departemen Luar Negeri AS mengatakan telah meminta Malaysia untuk mengizinkan akses badan pengungsi PBB ke Uighur - di antaranya sebuah kelompok yang terdiri dari 20 orang yang berasal dari China yang melarikan diri dari Thailand tahun lalu - untuk menentukan kelayakan mereka untuk perlindungan internasional dan pada akhirnya pemukiman kembali di negara ketiga.
"Kami mendesak pihak berwenang Malaysia untuk melakukan penyelidikan yang transparan dan memberikan perlindungan sementara kepada orang-orang ini yang mungkin mengalami penyiksaan atau penganiayaan jika kembali melawan keinginan mereka," kata Michael Cavey, juru bicara biro Asia Timur Departemen Luar Negeri AS.
Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan Sabtu lalu bahwa Malaysia telah menerima permintaan resmi dari Cina untuk melakukan ekstradisi ke-11 orang tersebut.
Zahid mengatakan Malaysia sedang mempertimbangkan permintaan tersebut, dan bahwa polisi sedang menyelidiki apakah ada kelompok yang terlibat dalam kegiatan teroris.
Human Rights Watch telah meminta Malaysia untuk memastikan orang-orang Uighur itu tidak dideportasi secara paksa karena mereka menghadapi "ancaman penjara dan penyiksaan."
Beijing menuduh ekstremis separatis di kalangan minoritas Uighur merencanakan serangan terhadap mayoritas Han Cina di wilayah barat Xinjiang yang bergolak dan daerah lain di Cina.
Cina telah dituduh melakukan pelanggaran hak di Xinjiang, penyiksaan terhadap tahanan Uighur dan kontrol ketat terhadap agama dan budaya mereka. Namun negara itu tidak mau mengakuinya dan menyangkal melakukan kesalahan. Selama bertahun-tahun, ratusan, mungkin ribuan, orang Uighur telah lolos dari kerusuhan di Xinjiang dengan bepergian secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki.
Ke 20 orang Uighur tersebut keluar dari sebuah sel dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada bulan November dengan menggali lubang di dinding dan menggunakan selimut sebagai tangga. Lima orang ditangkap di Thailand pada bulan itu. Pelarian tersebut merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar dari 200 Uighur yang ditahan di Thailand pada tahun 2014.
Anggota kelompok tersebut mengidentifikasi diri mereka sebagai warga negara Turki dan meminta untuk dikirim ke Turki namun lebih dari 100 orang dipaksa kembali ke China pada bulan Juli 2015, sebuah tindakan yang memicu kecaman internasional.
Tidak ada komentar